METODE-METODE DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH DAN CARA
PENERAPANNYA
TUGAS STRATEGI BELAJAR MENGAJAR BIDANG STUDI
Oleh: Dwiki Olivia Silvi
110210302025
Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada
cara guru menggunakan metode pembelajaran, karena suatu strategi pembelajaran
hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran.
Sejarah adalah ilmu tentang masa lampau dan sering dianggap remeh oleh
siswa ataupun mahasiswa. Akan tetapi penting dalam pembangunan moral bangsa dan
menumbuhkan nasionalisme yang tinggi, karena sebenarnya, dalam peristiwa
sejarah mempunyai nilai-nilai yang dapat diambil dan diajarkan oleh guru
melalui peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi di masa lampau. Guru harus
mempunyai metode agar dalam penyampaian materi sejarah, siswa tidak mudah bosan
dan dapat mempunyai semangat dalam proses pembelajaran.
Selama ini memang pengajaran sejarah yang terjadi di beberapa sekolah
telah mengalami kesalahan, karena pngajarannya hanya mengajarkan tentang
fakta-fata sejarah. Kebanyakan siswa hanyalah akan mendengarkan saja tanpa
melalui proses penghayatan. Oleh karena itu, pelajaran sejarah terkesan
embosankan dan membuat ngantuk. Yang sering terjadi pula adalah, para guru
kebanyakan tidak berasal dari pendidikan sejarah murni, tetapi berasal dari
pendidikan sosial.
Berikut ini disajikan beberapa metode pembelajaran dalam pembelajaran
sejarah yang bisa digunakan untuk mengimpelementasikan strategi pembelajaran:
1. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada
suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu
permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa,
serta untuk membuat suatu keputusan (Killen, 1998). Karena itu, diskusi
bukanlah debat yang bersifat mengadu argumentasi. Diskusi lebih bersifat
bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama.
Selama ini banyak guru yang merasa keberatan untuk menggunakan metode diskusi
dalam proses pembelajaran. Keberatan itu biasanya timbul dari asumsi: (1)
diskusi merupakan metode yang sulit diprediksi hasilnya oleh karena interaksi
antar siswa muncul secara spontan, sehingga hasil dan arah diskusi sulit
ditentukan; (2) diskusi biasanya memerlukan waktu yang cukup panjang, padahal
waktu pembelajaran di dalam kelas sangat terbatas, sehingga keterbatasan itu
tidak mungkin dapat menghasilkan sesuatu secara tuntas. Sebenarnya hal ini
tidak perlu dirisaukan oleh guru. Sebab, dengan perencanaan dan persiapan yang
matang kejadian semacam itu bisa dihindari.
Penerapan diskusi ini
sebenarnya sudah banyak diterapkan dalam pembelajarn, bukan hanya alam
pembelajaran sejarah. Tugas guru dalam diskusi ini hanyalah sebagai pengawas
atau yang mengawasi siswa selama proses diskusi. Pentingnya diskusi dalam
pembelajaran sejarah ini aalah siswa dapat melatih keterampilan berbicaranya
dalam mengungkapkan permasalahan ataupun memecahkan masalah. Dalam hal ini
keterampilan psikomotor siswa akan terlatih. Karena jika dilihat dari adanya
perubahan kurikulum dari dahulu hingga sekarang, yang diinginkan oleh
pemerintah adalah pembelajaran kontekstual, yaitu pembelajaran yang mendekatkan
pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa. Sejarah dapat memberikan
contoh nilai-nilai yang terkandung dalam setipa peristiwa yang pernah terjadi,
seperti sikap toleransi dan nasionalisme. Dengan adanya diskusi ini, siswa akan
tertantang untuk melatih gaya bicarnya,
sehingga jika bertutur kata dalam kehidupan, siswa dapat terbiasa berbicara
dengn baik.
Secara umum ada dua jenis
diskusi yang biasa dilakukan dalam proses pembelajaran. Pertama, diskusi
kelompok. Diskusi ini dinamakan juga diskusi kelas. Pada diskusi ini permasalahan
yang disajikan oleh guru dipecahkan oleh kelas secara keseluruhan. Pengatur
jalannya diskusi adalah guru. Kedua, diskusi kelompok kecil. Pada diskusi ini
siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 3-7 orang.
Proses pelaksanaan diskusi ini dimulai dari guru menyajikan masalah dengan
beberapa submasalah. Setiap kelompok memecahkan submasalah yang disampaikan
guru. Proses diskusi diakhiri dengan laporan setiap kelompok.
·
Kelebihan dan Kelemahan Metode Diskusi
Ada beberapa kelebihan
metode diskusi, manakala diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar.
a. Metode diskusi dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif,
khususnya dalam memberikan gagasan dan ide-ide.
b. Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam
mengatasi setiap permasalahan.
c. Dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau
gagasan secara verbal. Di samping itu, diskusi juga bisa melatih siswa untuk
menghargai pendapat orang lain.
Selain beberapa kelebihan,
diskusi juga memiliki beberapa kelemahan, di antaranya:
a. Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3
orang siswa yang memiliki keterampilan berbicara.
b. Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga
kesimpulan menjadi kabur.
c. Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang tidak
sesuai dengan yang direncanakan.
d. Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat
emosional yang tidak terkontrol. Akibatnya, kadang-kadang ada pihak yang merasa
tersinggung, sehingga dapat mengganggu iklim pembelajaran.
Jika dilihat dari kelebihan
dan kelemahan yang ada dalam diskusi, maka sudah jelas bahwa diskusi memang
dapat melatih kemampuan berbicara siswanya. Sejarah ada dalam pendidikan
sosial, yang mana lebih pada kehidupan masyarakat. Sehingga dapat digunakan
sebagai pegangan siswa ketika siswa itu terjun dalam masyarakat.
·
Jenis-jenis Diskusi
Terdapat bemacam-macam jenis
diskusi yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, antara lain:
a. Diskusi Kelas
Diskusi kelas atau disebut
juga diskusi kelompok adalah proses pemecahan masalah yang dilakukan oleh
seluruh anggota kelas sebagai peserta diskusi. Prosedur yang digunakan dalam
jenis diskusi ini adalah: (1) guru membagi tugas sebagai pelaksanaan diskusi,
misalnya siapa yang akan menjadi moderator, siapa yang menjadi penulis; (2)
sumber masalah (guru, siswa, atau
ahli tertentu dari luar) memaparkan masalah yang harus dipecahkan
selama 10-15 menit; (3) siswa diberi kesempatan untuk menanggapi permasalahan
setelah mendaftar pada moderator; (4) sumber masalah memberi tanggapan; dan (5)
moderator menyimpulkan hasil diskusi.
b. Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok kecil dilakukan dengan membagi siswa dalam
kelompok-kelompok. Jumlah anggota kelompok antara 3-5 orang. Pelaksanaannya
dimulai dengan guru menyajikan permasalahan secara umum, kemudian masalah
tersebut dibagi-bagi ke dalam submasalah yang harus dipecahkan oleh setiap
kelompok kecil. Selesai diskusi dalam kelompok kecil, ketua kelompok menyajikan
hasil diskusinya.
c. Simposium
Simposium adalah metode
mengajar dengan membahas suatu persoalan dipandang dari berbagai sudut pandang
berdasarkan keahlian. Simposium dilakukan untuk memberikan wawasan yang luas
kepada siswa. Setelah para penyaji memberikan pandangannya tentang masalah yang
dibahas, maka simposium diakhiri dengan pembacaan kesimpulan hasil kerja tim
perumus yang telah ditentukan sebelumnya.
d. Diskusi Panel
Diskusi panel adalah
pembahasan suatu masalah yang dilakukan oleh beberapa orang panelis yang
biasanya terdiri dari 4-5 orang di hadapan audiens. Diskusi panel berbeda
dengan jenis diskusi lainnya. Dalam diskusi panel audiens tidak terlibat secara
langsung, tetapi berperan hanya sekadar peninjau para panelis yang sedang
melaksanakan diskusi. Oleh sebab itu, agar diskusi panel efektif perlu
digabungkan dengan metode lain, misalnya dengan metode penugasan. Siswa disuruh
untuk merumuskan hasil pembahasan dalam diskusi.
·
Langkah-langkah Melaksanakan Diskusi
Agar penggunan diskusi
berhasil dengan efektif, maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a.
Langkah Persiapan
Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam persiapan diskusi di antaranya:
1) Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat
umum maupun tujuan khusus.
2) Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai..
3) Menetapkan masalah yang akan dibahas.
4) Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis
pelaksanaan diskusi, misalnya ruang kelas dengan segala fasilitasnya,
petugas-petugas diskusi seperti moderator, notulis, dan tim perumus, manakala
diperlukan.
b.
Pelaksanaan Diskusi
Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam melaksanakan diskusi adalah:
1) Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat memengaruhi
kelancaran diskusi.
2) Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi, misalnya
menyajikan tujuan yang ingin dicapai serta aturan-aturan diskusi sesuai dengan jenis
diskusi yang akan dilaksanakan.
3) Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah
ditetapkan.Dalam pelaksanaan diskusi hendaklah memerhatikan suasana atau iklim
belajar yang menyenangkan, misalnya tidak tegang, tidak saling menyudutkan, dan
lain sebagainya.
4) Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi
untuk mengeluarkan gagasan dan ide-idenya.
5) Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang
dibahas. Hal ini sangat penting, sebab tanpa pengendalian biasanya arah
pembahasan menjadi melebar dan tidak fokus.
c.
Menutup Diskusi
Akhir dari proses
pembelajaran dengan menggunakan diskusi hendaklah dilakuan hal-hal sebagai
berikut:
1) Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan
hasil diskusi.
2) Me-review jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari
seluruh peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya.
2. Metode Simulasi
Simulasi berasal dari kata simulate
yang artinya berpura-pura atau berbuat seakan-akan. Sebagai metode
mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar dengan
menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau
keterampilan tertentu. Simulasi dapat digunakan sebagai metode mengajar dengan
asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada
objek yang sebenarnya. Gladi resik merupakan salah satu contoh simulasi, yakni
memperagakan proses terjadinya suatu upacara tertentu sebagai latihan untuk
upacara sebenarnya supaya tidak gagal dalam waktunya nanti. Demikian juga untuk
mengembangkan pemahaman dan penghayatan terhadap suatu peristiwa, penggunaan
simulasi akan sangat bermanfaat.
Metode simulasi bertujuan
untuk: (1) melatih keterampilan tertentu baik bersifat profesional maupun bagi
kehidupan sehari-hari, (2) memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau
prinsip, (3) melatih memecahkan masalah, (4) meningkatkan keaktifan belajar,
(5) memberikan motivasi belajar kepada siswa, (6) melatih siswa untuk
mengadakan kerjasama dalam situasi kelompok, (7) menumbuhkan daya kreatif
siswa, dan (8) melatih siswa untuk mengembangkan sikap toleransi.
·
Kelebihan dan Kelemahan Metode Simulasi
Terdapat beberapa kelebihan
dengan menggunakan simulasi sebagai metode mengajar, di antaranya adalah:
1) Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam
menghadapi situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga,
masyarakat, maupun menghadapi dunia kerja.
2) Simulasi dapat mengembangkan kreativitas siswa, karena melalui
simulasi siswa diberi kesempatan untuk memainkan peranan sesuai dengan topik
yang disimulasikan.
3) Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa.
4) Memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan
dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis.
5) Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses
permbelajaran.
Di samping memiliki
kelebihan, simulasi juga mempunyai kelemahan, di antaranya:
1) Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat
dan sesuai dengan kenyataan di lapangan.
2) Pengelolaan yang kurang baik, sering simulasi dijadikan sebagai
alat hiburan, sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan.
3) Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering memengaruhi
siswa dalam melakukan simulasi.
Selain itu,
kelemahan yang ada dalam metode simulasi adalah terkadang tidak sesuai dengan
mata pelajaran sejarah, seperti ketika membahas perang dunia ataupun ketika
peristiwa yang berhubungan dengan dunia, sehingga akan kesusahan untuk
melakukan simulasi. Kelebihan simulasi ini hanya membahas pada pembahasan
kerajaan-kerajaan yang ada di Indonesia. Untuk peristiwa masa pra sejarah saja
terkadang siswa dan guru juga kesusahan untuk emnerapkan metode ini.
·
Jenis-jenis Simulasi
Simulasi terdiri dari
beberapa jenis, di antaranya:
1)
Sosiodrama
Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan
masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan yang
menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah kenakalanremaja, narkoba,
gambaran keluarga yang otoriter, dan lain sebagainya. Sosiodramadigunakan untuk
memberikan pemahaman dan penghayatan.
2) Psikodrama
Psikodrama adalah metode
pembelajaran dengan bermain peran yangbertitik tolak dari
permasalahan-permasalahan psikologis. Psikodrama biasanya digunakan untuk
terapi, yaitu agar siswa memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang dirinya,
menemukan konsep diri, menyatakan reaksi terhadaptekanan-tekanan yang
dialaminya.
3)
Role Playing
Role playing atau bermain peran adalah metode pembelajaran sebagaibagian dari
simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, mengkreasi
peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkinmuncul pada masa
mendatang. Topik yang dapat diangkat untuk role playing misalnya
memainkan peran sebagai juru kampanye suatu partai atau gambarankeadaan yang
mungkin muncul pada abad teknologi informasi.
4)
Peer Teaching
Peer teaching merupakan latihan mengajar yang dilakukan oleh siswakepada
teman-teman calon guru. Selain itu peer teaching merupakan
kegiatanpembelajaran yang dilakukan seorang siswa kepada siswa lainnya dan
salahsatu siswa itu lebih memahami materi pembelajaran.
5)
Simulasi Game
Simulasi game merupakan bermain peranan, para siswa berkompetisiuntuk mencapai
tujuan tertentu melalui permainan dengan mematuhi peraturanyang ditentukan.
·
Langkah-langkah Simulasi
1)
Persiapan Simulasi
a. Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai
olehsimulasi.
b. Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan
disimulasikan.
c. Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi,
perananyang harus dimainkan oleh para pemeran, serta waktu yang disediakan.
d. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
khususnyapada siswa yang terlibat dalam pemeranan simulasi.
2)
Pelaksanaan Simulasi
a. Simulasi mulai dimainkan oleh kelompok pemeran.
b. Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian.
c. Guru hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapat
kesulitan.
d. Simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak. Hal ini
dimaksudkan untuk mendorong siswa berpikir dalam menyelesaikan masalahyang
sedang disimulasikan.
3)
Penutup
a. Melakukan diskusi baik tentang jalannya simulasi maupun materi
cerita yang disimulasikan.Guru harus mendorong agar siswa dapat memberikan
kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi.
b. Merumuskan kesimpulan.
3. Metode Problem Solving
Metode problem solving (metode
pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan
suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan
metode-metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik
kesimpulan.
Langkah-langkah metode problem
solving.
1) Ada masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus
tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.
2) Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku,
meneliti, bertanya dan lain-lain.
3) Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan
jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada
langkah kedua di atas.
4) Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini
siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa
jawaban tersebut itu betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban sementara
atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban ini tentu saja
diperlukan metode-metode lainnya seperti demonstrasi,tugas, diskusi, dan
lain-lain.
5) Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan
terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.
4. Metode Karyawisata (Field-Trip)
Karyawisata dalam arti
metode mengajar mempunyai arti tersendiri, berbeda dengan karyawisata dalam
arti umum. Karyawisata di sini berarti kunjunganke luar kelas dalam rangka
belajar.
Contoh: Mengajak siswa ke
gedung pengadilan untuk mengetahui sistem peradilan dan proses pengadilan,
selama satu jam pelajaran. Jadi, karyawisatadi atas tidak mengambil tempat yang
jauh dari sekolah dan tidak memerlukan waktu yang lama. Karyawisata dalam waktu
yang lama dan tempat yang jauh disebut study tour.
·
Langkah-
langkah Pokok dalam Pelaksanaan Metode Karyawisata
1.
Perencanaan Karyawisata
a) Merumuskan tujuan karyawisata.
b) Menetapkan objek kayawisata sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai.
c) Menetapkan lamanya karyawisata.
d) Menyusun rencana belajar bagi siswa selama karyawisata.
e) Merencanakan perlengkapan belajar yang harus disediakan.
·
Pelaksanaan Karyawisata
Fase ini adalah pelaksanaan
kegiatan belajar di tempat karyawisata dengan bimbingan guru. Kegiatan belajar
ini harus diarahkan kepada tujuan yang telah ditetapkan pada fase perencanaan
di atas.
·
Tindak Lanjut
Pada akhir karyawisata siswa
diminta laporannya baik lisan maupun tertulis, mengenai inti masalah yang telah
dipelajari pada waktu karyawisata.
5. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah
metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two
way traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa.
Guru bertanya siswa menjawab atau siswa bertanya guru menjawab. Dalam
komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal balik secara langsung antara
guru.
Beberapa hal yang penting
diperhatikan dalam metode tanya jawab ini antara lain:
1.
Tujuan yang akan dicapai dari metode tanya jawab.
1) Untuk mengetahui sampai sejauh mana materi pelajaran yang telah
dikuasai oleh siswa.
2) Untuk merangsang siswa berfikir.
3) Memberi kesempatan pada siswa untuk mengajukan masalah yang
belum dipahami.
2.
Jenis pertanyaan.
Pada dasarnya ada dua
pertanyaan yang perlu diajukan, yakni pertanyaan ingatan dan pertanyaan
pikiran:
1) Pertanyaan ingatan, dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh
mana pengetahuan sudah tertanam pada siswa. Biasanya pertanyaan berpangkal
kepada apa, kapan, di mana, berapa, dan yag sejenisnya.
2) Pertanyaan pikiran, dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh
mana cara berpikir anak dalam menanggapi suatu persoalan. Biasanya pertanyaan
ini dimulai dengan kata mengapa, bagaimana.
3.
Tehnik mengajukan pertanyaan.
Berhasil tidaknya metode
tanya jawab, sangat bergantung kepada tehnik guru dalam mengajukan
pertanyaanya. Metode tanya jawab biasanya dipergunakan apabila:
1) Bermaksud mengulang bahan pelajaran.
2) Ingin membangkitkan siswa relajar.
3) Tidak terlalu banyak siswa.
4) Sebagai selingan metode ceramah.
6.
Tutor Sebaya
Tutor sebaya adalah seseorang atau beberapa oramg siswa yang ditunjuk
oleh guru sebagai pembantu guru dalam melakukan bimbingan terhadap kawan
sekelas. Dengan system pembelajaran menggunakan tutor sebaya akan membantu
siswa yang nilainya dibawah KKM atau kurang cepat menerima pelajaran dari guru
diantara mata pelajaran. Tutor dapat diterima (disetujui) oleh siswa yang
mendapat program perbaikan sehingga siswa tidak mempunyai rasa takut atau
enggan bertanya kepadanya. Tutor dapat menerangkan bahan perbaikan yang
dibutuhkan oleh siswa yang menerima program perbaikan. Tutor tidak tinggi hat
i, kejam atau keras hati terhadap social kawan. Tutor mempunyai daya
kreatifitas yang cukup untuk memberikan bimbingan, yaitu dapat menerangkan
pelajaran kepada kawan.
Tutor sebaya adalah sekelompok siswa yang telah tuntas terhadap bahan
pelajaran, memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam
memahami bahan pelajaran yang dipelajarinya. Bantuan belajar oleh teman sebaya
dapat menghilangkan kecanggungan. Bahasa teman sebaya lebih mudah dipahami,
selain itu dengan teman sebaya tidak ada rasa enggan, rendah diri, malu, dan
sebagainya, sehingga diharapkan siswa yang kurang paham tidak segan-segan untuk
mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya. Komuniksi secara verbal (mathematical
conversation) merup akan “a tool for measuring growth in understanding,
allow participapants to learn about the mathematical constructions from others,
and give participants opportunities to reflect on their own mathematical
understanding”, yang berarti bahwa komunikasi secara verbal merupakan alat
untuk meningkatkan pemahaman, dengan membimbing siswa untuk belajar dari siswa
lainnya, dan memberikan kesempatan kepada siswa itu untuk merefleksikan
pemahaman mereka.
Inti dari metode pembelajaran tutor sebaya adalah pembelajaran yang
pelaksanaannya dengan membagi kelas dalam kelompok-kelompok kecil, yang sumber
belajarnya bukan hanya guru melainkan juga teman sebaya yang pandai dan cepat
dalam menguasai suatu materi tertentu. Dalam pembelajaran ini, siswa yang
menjadi tutor hendaknya mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan teman lainnya, sehingga pada saat dia memberikan bimbingan ia sudah
dapat menguasai bahan yang akan disampaikan.
Menurut Susilowati (2009:3-28), “Tutor sebaya adalah seorang murid
membantu belajar murid lainnya dengan tingkat kelas yang sama”. Metode tutor
sebaya dilakukan dengan cara memberdayakan kemampuan siswa yang memiliki daya
serap tinggi, siswa tersebut mengajarkan materi kepada teman-temannya yang
belum paham sehingga memenuhi ketuntasan belajar semuanya. Jadi, diharapkan
dengan adanya tutor sebaya, peserta didik yang kurang aktif menjadi aktif
karena tidak malu untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat secara bebas kepada
teman sebayanya.
Menurut Sawali (2007), langkah-langkah
metode tutor sebaya adalah sebagai berikut:
1. Pilih
materi yang memungkinkan materi tersebut dapat dipelajari siswa secara mandiri,
2. Bagilah
para siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen. Siswa-siswa pandai
disebar dalam setiap kelompok dan bertindak sebagai tutor sebaya, atau disebut
“mentor”,
3. Masing-masing
kelompok diberi tugas mempelajari satu sub materi / kompetensi dasar. Setiap
kelompok dibantu oleh siswa yang pandai sebagai tutor sebaya,
4. Beri
mereka waktu yang cukup untuk persiapan, baik di dalam kelas maupun di luar
kelas,
5. Setiap
kelompok melalui wakilnya menyampaikan sub materi / pembahasan sesuai dengan
tugas yang telah diberikan. Guru bertindak sebagai nara sumber utama. Untuk
menentukan siapa yang akan menjadi tutor, diperlukan pertimbangan-pertimbangan
tersendiri. Seorang tutor belum tentu siswa yang paling pandai, yang penting
diperhatikan siapa yang menjadi tutor tersebut.
Sedangkan menurut Aria Djalil
(2011:3.53), keuntungan dari tutor sebaya, antara lain. (1) Memupuk rasa kerja
sama dan saling membantu; (2) Meningkatkan kemampuan baik bagi tutor maupun
murid yang ditutori; (3) Membentuk rasa bangga pada diri anak atau orang yang
menjadi tutor; (4) Menjadi teladan bagi murid lainnya; (5) Bagi murid yang
ditutori akan lebih mudah karena tutor akan menjelaskan dengan bahasa yang
mudah dipahami (bahasa anak). (6) Diimbaskan atau menularkan kemampuan yang
dimiliki tutor yang selama ini hanya digunakan untuk dirinya sendiri. (7)
Murid-murid yang lambat dapat terbimbing secara individual.
Namun disamping kebaikan
tersebut, ada kesulitan dalam melaksanakan pekerjaan tutoring ini. Menurut Aria
Djalil (2011:3.45), menyebutkan bahwa kesulitan menggunakan tutor sebaya,
antara lain. (1) Murid yang menjadi tutor mempunyai tugas dan kewajiban sendiri
yaitu belajar sebagaimana murid lainnya; (2) Apabila tutor berasal dari salah
satu murid temannya maka disiplin murid hilang, mereka tidak akan mau mematuhi
temannya yang menjadi tutor; (3) Sulit untuk menatar tutor karena dia harus seperti
guru, mampu menguasai mata pelajaran dan menguasai teman-temannya.
Metode tutor sebaya cocok
untuk pembelajaran sejarah, karena dengan adanya tutor sebaya siswa akan
melatih keterampilan berbicara mereka, dan jelas dalam hal ini pengajarana
tidak berpusat ada siswa. Akan tetapi berpusat pada siswa. Pembelajaran searah
yang dianggap kurang menarik minat siswa dalam kelas, dapat membantu siswa agar
berusaha aktif, karena dalam tutor sebaya ini, siswa yang mempuya kemampuan
lebih akan dapat membantu siswa yang kurang faham dengan pelajaran yang
didapatkan. Selain itu, tutor sebaya ini dapat membantu siswa yang kebanyakan
takut dan kurang percaya diri untuk mengungkapkan pertanyaannya kepada guru.
Maka dalam hal ini, dengan tutor sebaya, komunikasi yang terjalin antar siswa
dapat saling dmengerti, karena baha yang digunakan adalah bahasa yang sudah
terbiasa mereka komunikasikan antar teman.
DAFTAR
PUSTAKA
Hafizah Evie. 2013. Pengaruh Metode Tutor Sebaya Terhadap Hasil
Belajar Di Kelas V Sekolah Dasar Kota Pontianak. http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/.../1047-3256-1-PB.pdf
(diakses tanggal 31 November 2013)
Herianto Dedi. Efektivitas Model Pembelajaran Tutor Sebaya Terhadap Hasil Belajar Siswa
Dalam Belajar Microsoft Excel Di Kelas Viii Smp Dua Mei Banjaran.http://cs.upi.edu/.../EFEKTIVITAS%20MODEL%20PEMBE...dedi
harianto (dedi_herianto74@yahoo.co.id).pdf (diakses tanggal 31 November 2013)
Lestari Barkah dan Mustofa. 2009. Media Pembelajaran Mata Kuliah Perencanaan
Pembelajaran Ekonomi. Universitas Negeri Yogyakarta. http://perencanaanpembelajaranekonomi.pdf (diakses tanggal 3 Oktober 2013)
Model Pembelajaran Tutor Sebaya. 2012. http:// 10310237.blogspot.com/.../model-pembelajaran-tutor...htm (diakses tanggal 31 November 2013)
Pengembangan
Strategi, Metode Dan Model Pembelajaran. http://strategi-model-metode-1.pdf (diakses tanggal 3
Oktober 2013)
Pengertian Pendekatan. http://pengertian_pendekatan,_strategi,_metode,_teknik,_taknik,_dan.pdf (diakses tanggal 3 Oktober 2013)
Permasalahan Pembelajaran Sejarah di
Indonesia. www.slideshare.net/sejarahakademika/permasalah-pembelajaran-sejarah-di-indonesia (diakses tanggal 26 November 2013)