histoire magistra vitae

Sejarah Dunia

Thursday, 2 January 2014

metode yang cocok dalam pembelajaran sejarah



METODE-METODE DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH DAN CARA PENERAPANNYA
TUGAS STRATEGI BELAJAR MENGAJAR BIDANG STUDI
Oleh: Dwiki Olivia Silvi
110210302025

Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran, karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran.
Sejarah adalah ilmu tentang masa lampau dan sering dianggap remeh oleh siswa ataupun mahasiswa. Akan tetapi penting dalam pembangunan moral bangsa dan menumbuhkan nasionalisme yang tinggi, karena sebenarnya, dalam peristiwa sejarah mempunyai nilai-nilai yang dapat diambil dan diajarkan oleh guru melalui peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi di masa lampau. Guru harus mempunyai metode agar dalam penyampaian materi sejarah, siswa tidak mudah bosan dan dapat mempunyai semangat dalam proses pembelajaran.
Selama ini memang pengajaran sejarah yang terjadi di beberapa sekolah telah mengalami kesalahan, karena pngajarannya hanya mengajarkan tentang fakta-fata sejarah. Kebanyakan siswa hanyalah akan mendengarkan saja tanpa melalui proses penghayatan. Oleh karena itu, pelajaran sejarah terkesan embosankan dan membuat ngantuk. Yang sering terjadi pula adalah, para guru kebanyakan tidak berasal dari pendidikan sejarah murni, tetapi berasal dari pendidikan sosial.
Berikut ini disajikan beberapa metode pembelajaran dalam pembelajaran sejarah yang bisa digunakan untuk mengimpelementasikan strategi pembelajaran:
1.      Metode Diskusi
Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan (Killen, 1998). Karena itu, diskusi bukanlah debat yang bersifat mengadu argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama. Selama ini banyak guru yang merasa keberatan untuk menggunakan metode diskusi dalam proses pembelajaran. Keberatan itu biasanya timbul dari asumsi: (1) diskusi merupakan metode yang sulit diprediksi hasilnya oleh karena interaksi antar siswa muncul secara spontan, sehingga hasil dan arah diskusi sulit ditentukan; (2) diskusi biasanya memerlukan waktu yang cukup panjang, padahal waktu pembelajaran di dalam kelas sangat terbatas, sehingga keterbatasan itu tidak mungkin dapat menghasilkan sesuatu secara tuntas. Sebenarnya hal ini tidak perlu dirisaukan oleh guru. Sebab, dengan perencanaan dan persiapan yang matang kejadian semacam itu bisa dihindari.
Penerapan diskusi ini sebenarnya sudah banyak diterapkan dalam pembelajarn, bukan hanya alam pembelajaran sejarah. Tugas guru dalam diskusi ini hanyalah sebagai pengawas atau yang mengawasi siswa selama proses diskusi. Pentingnya diskusi dalam pembelajaran sejarah ini aalah siswa dapat melatih keterampilan berbicaranya dalam mengungkapkan permasalahan ataupun memecahkan masalah. Dalam hal ini keterampilan psikomotor siswa akan terlatih. Karena jika dilihat dari adanya perubahan kurikulum dari dahulu hingga sekarang, yang diinginkan oleh pemerintah adalah pembelajaran kontekstual, yaitu pembelajaran yang mendekatkan pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa. Sejarah dapat memberikan contoh nilai-nilai yang terkandung dalam setipa peristiwa yang pernah terjadi, seperti sikap toleransi dan nasionalisme. Dengan adanya diskusi ini, siswa akan tertantang untuk  melatih gaya bicarnya, sehingga jika bertutur kata dalam kehidupan, siswa dapat terbiasa berbicara dengn baik.
Secara umum ada dua jenis diskusi yang biasa dilakukan dalam proses pembelajaran. Pertama, diskusi kelompok. Diskusi ini dinamakan juga diskusi kelas. Pada diskusi ini permasalahan yang disajikan oleh guru dipecahkan oleh kelas secara keseluruhan. Pengatur jalannya diskusi adalah guru. Kedua, diskusi kelompok kecil. Pada diskusi ini siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 3-7 orang. Proses pelaksanaan diskusi ini dimulai dari guru menyajikan masalah dengan beberapa submasalah. Setiap kelompok memecahkan submasalah yang disampaikan guru. Proses diskusi diakhiri dengan laporan setiap kelompok.
·         Kelebihan dan Kelemahan Metode Diskusi
Ada beberapa kelebihan metode diskusi, manakala diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar.
a. Metode diskusi dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif, khususnya dalam memberikan gagasan dan ide-ide.
b. Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan.
c. Dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal. Di samping itu, diskusi juga bisa melatih siswa untuk menghargai pendapat orang lain.
Selain beberapa kelebihan, diskusi juga memiliki beberapa kelemahan, di antaranya:
a. Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang siswa yang memiliki keterampilan berbicara.
b. Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan menjadi kabur.
c. Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang-kadang tidak sesuai dengan yang direncanakan.
d. Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak terkontrol. Akibatnya, kadang-kadang ada pihak yang merasa tersinggung, sehingga dapat mengganggu iklim pembelajaran.
Jika dilihat dari kelebihan dan kelemahan yang ada dalam diskusi, maka sudah jelas bahwa diskusi memang dapat melatih kemampuan berbicara siswanya. Sejarah ada dalam pendidikan sosial, yang mana lebih pada kehidupan masyarakat. Sehingga dapat digunakan sebagai pegangan siswa ketika siswa itu terjun dalam masyarakat.
·         Jenis-jenis Diskusi
Terdapat bemacam-macam jenis diskusi yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, antara lain:
a. Diskusi Kelas
Diskusi kelas atau disebut juga diskusi kelompok adalah proses pemecahan masalah yang dilakukan oleh seluruh anggota kelas sebagai peserta diskusi. Prosedur yang digunakan dalam jenis diskusi ini adalah: (1) guru membagi tugas sebagai pelaksanaan diskusi, misalnya siapa yang akan menjadi moderator, siapa yang menjadi penulis; (2) sumber masalah (guru, siswa, atau
ahli tertentu dari luar) memaparkan masalah yang harus dipecahkan selama 10-15 menit; (3) siswa diberi kesempatan untuk menanggapi permasalahan setelah mendaftar pada moderator; (4) sumber masalah memberi tanggapan; dan (5) moderator menyimpulkan hasil diskusi.
b. Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok kecil dilakukan dengan membagi siswa dalam kelompok-kelompok. Jumlah anggota kelompok antara 3-5 orang. Pelaksanaannya dimulai dengan guru menyajikan permasalahan secara umum, kemudian masalah tersebut dibagi-bagi ke dalam submasalah yang harus dipecahkan oleh setiap kelompok kecil. Selesai diskusi dalam kelompok kecil, ketua kelompok menyajikan hasil diskusinya.
c. Simposium
Simposium adalah metode mengajar dengan membahas suatu persoalan dipandang dari berbagai sudut pandang berdasarkan keahlian. Simposium dilakukan untuk memberikan wawasan yang luas kepada siswa. Setelah para penyaji memberikan pandangannya tentang masalah yang dibahas, maka simposium diakhiri dengan pembacaan kesimpulan hasil kerja tim perumus yang telah ditentukan sebelumnya.
d. Diskusi Panel
Diskusi panel adalah pembahasan suatu masalah yang dilakukan oleh beberapa orang panelis yang biasanya terdiri dari 4-5 orang di hadapan audiens. Diskusi panel berbeda dengan jenis diskusi lainnya. Dalam diskusi panel audiens tidak terlibat secara langsung, tetapi berperan hanya sekadar peninjau para panelis yang sedang melaksanakan diskusi. Oleh sebab itu, agar diskusi panel efektif perlu digabungkan dengan metode lain, misalnya dengan metode penugasan. Siswa disuruh untuk merumuskan hasil pembahasan dalam diskusi.
·         Langkah-langkah Melaksanakan Diskusi
Agar penggunan diskusi berhasil dengan efektif, maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Langkah Persiapan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan diskusi di antaranya:
1) Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat umum maupun tujuan khusus.
2) Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai..
3) Menetapkan masalah yang akan dibahas.
4) Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan diskusi, misalnya ruang kelas dengan segala fasilitasnya, petugas-petugas diskusi seperti moderator, notulis, dan tim perumus, manakala diperlukan.
b. Pelaksanaan Diskusi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan diskusi adalah:
1) Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat memengaruhi kelancaran diskusi.
2) Memberikan pengarahan sebelum dilaksanakan diskusi, misalnya menyajikan tujuan yang ingin dicapai serta aturan-aturan diskusi sesuai dengan jenis diskusi yang akan dilaksanakan.
3) Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan.Dalam pelaksanaan diskusi hendaklah memerhatikan suasana atau iklim belajar yang menyenangkan, misalnya tidak tegang, tidak saling menyudutkan, dan lain sebagainya.
4) Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan dan ide-idenya.
5) Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas. Hal ini sangat penting, sebab tanpa pengendalian biasanya arah pembahasan menjadi melebar dan tidak fokus.
c. Menutup Diskusi
Akhir dari proses pembelajaran dengan menggunakan diskusi hendaklah dilakuan hal-hal sebagai berikut:
1) Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan hasil diskusi.
2) Me-review jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya.

2.      Metode Simulasi
Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat seakan-akan. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. Simulasi dapat digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek yang sebenarnya. Gladi resik merupakan salah satu contoh simulasi, yakni memperagakan proses terjadinya suatu upacara tertentu sebagai latihan untuk upacara sebenarnya supaya tidak gagal dalam waktunya nanti. Demikian juga untuk mengembangkan pemahaman dan penghayatan terhadap suatu peristiwa, penggunaan simulasi akan sangat bermanfaat.
Metode simulasi bertujuan untuk: (1) melatih keterampilan tertentu baik bersifat profesional maupun bagi kehidupan sehari-hari, (2) memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip, (3) melatih memecahkan masalah, (4) meningkatkan keaktifan belajar, (5) memberikan motivasi belajar kepada siswa, (6) melatih siswa untuk mengadakan kerjasama dalam situasi kelompok, (7) menumbuhkan daya kreatif siswa, dan (8) melatih siswa untuk mengembangkan sikap toleransi.
·         Kelebihan dan Kelemahan Metode Simulasi
Terdapat beberapa kelebihan dengan menggunakan simulasi sebagai metode mengajar, di antaranya adalah:
1) Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam menghadapi situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun menghadapi dunia kerja.
2) Simulasi dapat mengembangkan kreativitas siswa, karena melalui simulasi siswa diberi kesempatan untuk memainkan peranan sesuai dengan topik yang disimulasikan.
3) Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa.
4) Memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis.
5) Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses permbelajaran.
Di samping memiliki kelebihan, simulasi juga mempunyai kelemahan, di antaranya:
1) Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan sesuai dengan kenyataan di lapangan.
2) Pengelolaan yang kurang baik, sering simulasi dijadikan sebagai alat hiburan, sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan.
3) Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering memengaruhi siswa dalam melakukan simulasi.
            Selain itu, kelemahan yang ada dalam metode simulasi adalah terkadang tidak sesuai dengan mata pelajaran sejarah, seperti ketika membahas perang dunia ataupun ketika peristiwa yang berhubungan dengan dunia, sehingga akan kesusahan untuk melakukan simulasi. Kelebihan simulasi ini hanya membahas pada pembahasan kerajaan-kerajaan yang ada di Indonesia. Untuk peristiwa masa pra sejarah saja terkadang siswa dan guru juga kesusahan untuk emnerapkan metode ini.
·         Jenis-jenis Simulasi
Simulasi terdiri dari beberapa jenis, di antaranya:
1) Sosiodrama
Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah kenakalanremaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter, dan lain sebagainya. Sosiodramadigunakan untuk memberikan pemahaman dan penghayatan.
2) Psikodrama
Psikodrama adalah metode pembelajaran dengan bermain peran yangbertitik tolak dari permasalahan-permasalahan psikologis. Psikodrama biasanya digunakan untuk terapi, yaitu agar siswa memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang dirinya, menemukan konsep diri, menyatakan reaksi terhadaptekanan-tekanan yang dialaminya.
3) Role Playing
Role playing atau bermain peran adalah metode pembelajaran sebagaibagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkinmuncul pada masa mendatang. Topik yang dapat diangkat untuk role playing misalnya memainkan peran sebagai juru kampanye suatu partai atau gambarankeadaan yang mungkin muncul pada abad teknologi informasi.
4) Peer Teaching
Peer teaching merupakan latihan mengajar yang dilakukan oleh siswakepada teman-teman calon guru. Selain itu peer teaching merupakan kegiatanpembelajaran yang dilakukan seorang siswa kepada siswa lainnya dan salahsatu siswa itu lebih memahami materi pembelajaran.
5) Simulasi Game
Simulasi game merupakan bermain peranan, para siswa berkompetisiuntuk mencapai tujuan tertentu melalui permainan dengan mematuhi peraturanyang ditentukan.
·         Langkah-langkah Simulasi
1) Persiapan Simulasi
a. Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai olehsimulasi.
b. Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan disimulasikan.
c. Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi, perananyang harus dimainkan oleh para pemeran, serta waktu yang disediakan.
d. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya khususnyapada siswa yang terlibat dalam pemeranan simulasi.
2) Pelaksanaan Simulasi
a. Simulasi mulai dimainkan oleh kelompok pemeran.
b. Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian.
c. Guru hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapat kesulitan.
d. Simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong siswa berpikir dalam menyelesaikan masalahyang sedang disimulasikan.
3) Penutup
a. Melakukan diskusi baik tentang jalannya simulasi maupun materi cerita yang disimulasikan.Guru harus mendorong agar siswa dapat memberikan kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi.
b. Merumuskan kesimpulan.

3.      Metode Problem Solving
Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
Langkah-langkah metode problem solving.
1) Ada masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.
2) Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya dan lain-lain.
3) Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua di atas.
4) Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut itu betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan metode-metode lainnya seperti demonstrasi,tugas, diskusi, dan lain-lain.
5) Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.

4.      Metode Karyawisata (Field-Trip)
Karyawisata dalam arti metode mengajar mempunyai arti tersendiri, berbeda dengan karyawisata dalam arti umum. Karyawisata di sini berarti kunjunganke luar kelas dalam rangka belajar.
Contoh: Mengajak siswa ke gedung pengadilan untuk mengetahui sistem peradilan dan proses pengadilan, selama satu jam pelajaran. Jadi, karyawisatadi atas tidak mengambil tempat yang jauh dari sekolah dan tidak memerlukan waktu yang lama. Karyawisata dalam waktu yang lama dan tempat yang jauh disebut study tour.
·         Langkah- langkah Pokok dalam Pelaksanaan Metode Karyawisata
1. Perencanaan Karyawisata
a) Merumuskan tujuan karyawisata.
b) Menetapkan objek kayawisata sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
c) Menetapkan lamanya karyawisata.
d) Menyusun rencana belajar bagi siswa selama karyawisata.
e) Merencanakan perlengkapan belajar yang harus disediakan.
·         Pelaksanaan Karyawisata
Fase ini adalah pelaksanaan kegiatan belajar di tempat karyawisata dengan bimbingan guru. Kegiatan belajar ini harus diarahkan kepada tujuan yang telah ditetapkan pada fase perencanaan di atas.
·         Tindak Lanjut
Pada akhir karyawisata siswa diminta laporannya baik lisan maupun tertulis, mengenai inti masalah yang telah dipelajari pada waktu karyawisata.

5.      Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa. Guru bertanya siswa menjawab atau siswa bertanya guru menjawab. Dalam komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal balik secara langsung antara guru.
Beberapa hal yang penting diperhatikan dalam metode tanya jawab ini antara lain:
1. Tujuan yang akan dicapai dari metode tanya jawab.
1) Untuk mengetahui sampai sejauh mana materi pelajaran yang telah dikuasai oleh siswa.
2) Untuk merangsang siswa berfikir.
3) Memberi kesempatan pada siswa untuk mengajukan masalah yang belum dipahami.
2. Jenis pertanyaan.
Pada dasarnya ada dua pertanyaan yang perlu diajukan, yakni pertanyaan ingatan dan pertanyaan pikiran:
1) Pertanyaan ingatan, dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana pengetahuan sudah tertanam pada siswa. Biasanya pertanyaan berpangkal kepada apa, kapan, di mana, berapa, dan yag sejenisnya.
2) Pertanyaan pikiran, dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana cara berpikir anak dalam menanggapi suatu persoalan. Biasanya pertanyaan ini dimulai dengan kata mengapa, bagaimana.
3. Tehnik mengajukan pertanyaan.
Berhasil tidaknya metode tanya jawab, sangat bergantung kepada tehnik guru dalam mengajukan pertanyaanya. Metode tanya jawab biasanya dipergunakan apabila:
1) Bermaksud mengulang bahan pelajaran.
2) Ingin membangkitkan siswa relajar.
3) Tidak terlalu banyak siswa.
4) Sebagai selingan metode ceramah.

6.      Tutor Sebaya
Tutor sebaya adalah seseorang atau beberapa oramg siswa yang ditunjuk oleh guru sebagai pembantu guru dalam melakukan bimbingan terhadap kawan sekelas. Dengan system pembelajaran menggunakan tutor sebaya akan membantu siswa yang nilainya dibawah KKM atau kurang cepat menerima pelajaran dari guru diantara mata pelajaran. Tutor dapat diterima (disetujui) oleh siswa yang mendapat program perbaikan sehingga siswa tidak mempunyai rasa takut atau enggan bertanya kepadanya. Tutor dapat menerangkan bahan perbaikan yang dibutuhkan oleh siswa yang menerima program perbaikan. Tutor tidak tinggi hat i, kejam atau keras hati terhadap social kawan. Tutor mempunyai daya kreatifitas yang cukup untuk memberikan bimbingan, yaitu dapat menerangkan pelajaran kepada kawan.
Tutor sebaya adalah sekelompok siswa yang telah tuntas terhadap bahan pelajaran, memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan pelajaran yang dipelajarinya. Bantuan belajar oleh teman sebaya dapat menghilangkan kecanggungan. Bahasa teman sebaya lebih mudah dipahami, selain itu dengan teman sebaya tidak ada rasa enggan, rendah diri, malu, dan sebagainya, sehingga diharapkan siswa yang kurang paham tidak segan-segan untuk mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya. Komuniksi secara verbal (mathematical conversation) merup akan “a tool for measuring growth in understanding, allow participapants to learn about the mathematical constructions from others, and give participants opportunities to reflect on their own mathematical understanding”, yang berarti bahwa komunikasi secara verbal merupakan alat untuk meningkatkan pemahaman, dengan membimbing siswa untuk belajar dari siswa lainnya, dan memberikan kesempatan kepada siswa itu untuk merefleksikan pemahaman mereka.
Inti dari metode pembelajaran tutor sebaya adalah pembelajaran yang pelaksanaannya dengan membagi kelas dalam kelompok-kelompok kecil, yang sumber belajarnya bukan hanya guru melainkan juga teman sebaya yang pandai dan cepat dalam menguasai suatu materi tertentu. Dalam pembelajaran ini, siswa yang menjadi tutor hendaknya mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan teman lainnya, sehingga pada saat dia memberikan bimbingan ia sudah dapat menguasai bahan yang akan disampaikan.
Menurut Susilowati (2009:3-28), “Tutor sebaya adalah seorang murid membantu belajar murid lainnya dengan tingkat kelas yang sama”. Metode tutor sebaya dilakukan dengan cara memberdayakan kemampuan siswa yang memiliki daya serap tinggi, siswa tersebut mengajarkan materi kepada teman-temannya yang belum paham sehingga memenuhi ketuntasan belajar semuanya. Jadi, diharapkan dengan adanya tutor sebaya, peserta didik yang kurang aktif menjadi aktif karena tidak malu untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat secara bebas kepada teman sebayanya.
Menurut Sawali (2007), langkah-langkah metode tutor sebaya adalah sebagai berikut:
1.      Pilih materi yang memungkinkan materi tersebut dapat dipelajari siswa secara mandiri,
2.      Bagilah para siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen. Siswa-siswa pandai disebar dalam setiap kelompok dan bertindak sebagai tutor sebaya, atau disebut “mentor”,
3.      Masing-masing kelompok diberi tugas mempelajari satu sub materi / kompetensi dasar. Setiap kelompok dibantu oleh siswa yang pandai sebagai tutor sebaya,
4.      Beri mereka waktu yang cukup untuk persiapan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas,
5.      Setiap kelompok melalui wakilnya menyampaikan sub materi / pembahasan sesuai dengan tugas yang telah diberikan. Guru bertindak sebagai nara sumber utama. Untuk menentukan siapa yang akan menjadi tutor, diperlukan pertimbangan-pertimbangan tersendiri. Seorang tutor belum tentu siswa yang paling pandai, yang penting diperhatikan siapa yang menjadi tutor tersebut.
Sedangkan menurut Aria Djalil (2011:3.53), keuntungan dari tutor sebaya, antara lain. (1) Memupuk rasa kerja sama dan saling membantu; (2) Meningkatkan kemampuan baik bagi tutor maupun murid yang ditutori; (3) Membentuk rasa bangga pada diri anak atau orang yang menjadi tutor; (4) Menjadi teladan bagi murid lainnya; (5) Bagi murid yang ditutori akan lebih mudah karena tutor akan menjelaskan dengan bahasa yang mudah dipahami (bahasa anak). (6) Diimbaskan atau menularkan kemampuan yang dimiliki tutor yang selama ini hanya digunakan untuk dirinya sendiri. (7) Murid-murid yang lambat dapat terbimbing secara individual.
Namun disamping kebaikan tersebut, ada kesulitan dalam melaksanakan pekerjaan tutoring ini. Menurut Aria Djalil (2011:3.45), menyebutkan bahwa kesulitan menggunakan tutor sebaya, antara lain. (1) Murid yang menjadi tutor mempunyai tugas dan kewajiban sendiri yaitu belajar sebagaimana murid lainnya; (2) Apabila tutor berasal dari salah satu murid temannya maka disiplin murid hilang, mereka tidak akan mau mematuhi temannya yang menjadi tutor; (3) Sulit untuk menatar tutor karena dia harus seperti guru, mampu menguasai mata pelajaran dan menguasai teman-temannya.
Metode tutor sebaya cocok untuk pembelajaran sejarah, karena dengan adanya tutor sebaya siswa akan melatih keterampilan berbicara mereka, dan jelas dalam hal ini pengajarana tidak berpusat ada siswa. Akan tetapi berpusat pada siswa. Pembelajaran searah yang dianggap kurang menarik minat siswa dalam kelas, dapat membantu siswa agar berusaha aktif, karena dalam tutor sebaya ini, siswa yang mempuya kemampuan lebih akan dapat membantu siswa yang kurang faham dengan pelajaran yang didapatkan. Selain itu, tutor sebaya ini dapat membantu siswa yang kebanyakan takut dan kurang percaya diri untuk mengungkapkan pertanyaannya kepada guru. Maka dalam hal ini, dengan tutor sebaya, komunikasi yang terjalin antar siswa dapat saling dmengerti, karena baha yang digunakan adalah bahasa yang sudah terbiasa mereka komunikasikan antar teman.



DAFTAR PUSTAKA

Hafizah Evie. 2013. Pengaruh Metode Tutor Sebaya Terhadap Hasil Belajar Di Kelas V Sekolah Dasar Kota Pontianak. http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/.../1047-3256-1-PB.pdf (diakses tanggal 31 November 2013)

Herianto Dedi. Efektivitas Model Pembelajaran Tutor Sebaya Terhadap Hasil Belajar Siswa Dalam Belajar Microsoft Excel Di Kelas Viii Smp Dua Mei Banjaran.http://cs.upi.edu/.../EFEKTIVITAS%20MODEL%20PEMBE...dedi harianto (dedi_herianto74@yahoo.co.id).pdf (diakses tanggal 31 November 2013)

Lestari Barkah dan Mustofa. 2009. Media Pembelajaran Mata Kuliah Perencanaan Pembelajaran Ekonomi. Universitas Negeri Yogyakarta. http://perencanaanpembelajaranekonomi.pdf (diakses tanggal 3 Oktober 2013)

Model Pembelajaran Tutor Sebaya. 2012. http:// 10310237.blogspot.com/.../model-pembelajaran-tutor...htm (diakses tanggal 31 November 2013)


Pengembangan Strategi, Metode Dan Model Pembelajaran. http://strategi-model-metode-1.pdf (diakses tanggal 3 Oktober 2013)

Pengertian Pendekatan. http://pengertian_pendekatan,_strategi,_metode,_teknik,_taknik,_dan.pdf (diakses tanggal 3 Oktober 2013)

Permasalahan Pembelajaran Sejarah di Indonesia. www.slideshare.net/sejarahakademika/permasalah-pembelajaran-sejarah-di-indonesia (diakses tanggal 26 November 2013)